2.6.08

Tentang Dua Huruf #3

DT

Seperti saat aku merambah desa di lembah Bukit Tunggul untuk pertama kalinya. Hiruk pikuk Bandung kota tidak berbekas sama sekali. Senyap.

Angin yang datang sesekali, melipir menerpa mukaku, tanpa wujud. Kerap membawa rentetan nada dari seantero desa, macam petikan gitar Spanyol yang renyah. Dia ada, sangat terasa. Dimana? Wah, entahlah.

Desa di lembah Bukit Tunggul kian melamban ditinggal matahari. Tidak satu makhlukpun berani bergerak saat malam meraja. Sebaiknya memang jangan nekat. Ketenangan luar biasa yang tidak pernah terdefinisikan sebagai apapun, bisa saja tiba-tiba melemparmu ke jurang di ujung desa. Biarpun bisa juga mengajakmu berpesta lampion semalaman.

Saat musimnya hujan datang, desa di lembah Bukit Tunggul dingin tak kepalang. Tapi sesaat setelah hujan reda -dan aku cukup beruntung- udara yang merambatkan bau pinus dan akar rumput mampu seketika membasuh bersih kesunyian desa itu. Pelangi di arah jam 11 menebarkan senyumnya dari jauh.

Saat musim panas enggan beranjak, desa itu serupa Area 51 di Nevada Selatan. Beratus plang “Don’t Trespass” mengelilinginya. Tak satupun orang boleh menginjakkan kaki di gurun itu, kecuali berkartu identitas Detachment 3 dengan password berlapis. …Ah, ngeri.

Desa di lembah Bukit Tunggul, begitu sulit dijangkau.

Lho, bentar… kita lagi ngomongin apa ya? Aha… DT ya!?
Ok then, sudah benar kok.

Posted by Lia @ 2:56 PM

Read or Post a Comment

ooo... jadi maksudnya mo mesantren tho :p

Posted by Blogger suss @ 3:05 PM #
 
<< Home