29.8.07

Dongeng Sekaleng Teh

"Baiklah, ini sudah pagi, waktunya jujur, Gus,"
Mona menarik napas dengan berat.
Gus Eka, seperti biasanya, tersenyum menebar embun.
"Mona, my angel..." bisiknya.
"Aku tak pernah semenitpun berhasil menghentikan ini,"
Mona menggigil didera hentakan darahnya.
"Kau telah pergi Mona..."
Suara Gus Eka hampir tak terdengar.
"Aku tak mungkin diam jika kau tak pergi, sweetheart,"
Lanjut lelaki tegap bertato itu.
"Kau indah, Gus... aku tak punya cukup energi untuk menolakmu," Mona terbata, sesak.
"Hatimu telah kujahit pada senar-senarku, biar kusentuh tiap malam," Gus Eka berbalik, menunggangi awan, lalu bergerak perlahan. Perempuan metropolis itu mulai terisak.
"My angel... kembalilah saat nanti kau bisa kembali,"
Awan bergerak kian cepat, melesat membawa Gus Eka ke arah matahari terbit.
"Aku akan bertandang Gus, hanya untukmu,"
Mona terduduk sendiri.

Posted by Lia @ 1:12 AM