17.10.06

Dongeng dari Sudut Kamar

M: Halo, ketemu lagi.
P: Ah sering kan kita ketemu
M: Iya ya.. Tapi hari ini kamu tampak sangat beda
P: Sesekali tampil beda, agar dunia lebih berwarna
M: Kau salah orang
P: Setiap orang yang kudatangi bilang begitu
M: Maksudku, warnaku terlampau banyak, kau tambah pula
P: Bagus dong...
M: Apanya? jadinya gelap gulita, kucel dan kotor
P: Ya iya lah kalau kau campur aduk jadi satu
M: Ya gimana, aku cuma punya otak satu
P: Iya, aku selalu lupa kau ini cuma manusia
M: Aku tidak pernah suka dengan kalimatmu
P: Boleh saja, tapi tetap nyata, kau cuma manusia
M: Aku sedang tidak mood diskusi tidak jelas
P: Aku membawa sesuatu yang jelas kok
M: Tentu tentu... dan menyakitkan
P: Itu tugasku, mengingatkan kau bahwa sakit itu ada
M: Dan kali ini apa yang kau bawa dengan warna macam itu?
P: Kau akan terkejut, jangan pingsan ya.

[Makhluk tanpa nama itu mengibaskan ekornya. Angin kencang tiba-tiba menamparku, mengangkat dan melemparku ke tengah-tengah ruangan gelap yang lantainya dihiasi pecahan gelas runcing tanpa satu milipun menyisakan ruang. Aku jatuh telungkup, terpanggang sempurna. Darah yang mulai kecoklatan merembes perlahan ke segala arah. Bau amis menyengat dan mengundang lalat. Sisa amukan angin membawa dua sosok manusia lagi ke dalam ruangan itu, tertancap]

M: What the hell........
P: Maaf maaf, ini memang sengaja, rencananya begitu
M: Rencana?? rencana siapa??
P: Dewi Duka, siapa lagi?
M: That son of a bitch...
P: Yeeee... bukan son, tapi bitch doang
M: Aku sulit konsentrasi... ya, BITCH.

[kerongkonganku mulai tersumbat darah]

M: Kenapa tidak kau bilang dari tadi bahwa.. mereka juga..
P: Jika saja aku punya pilihan...
M: Kau tahu kan apa konsekuensinya?
P: Adakah...?
M: So you dunno me eh?

[Segumpal darah kental membuncah terlempar dari mulutku]

P: Kau tak pernah kasih aku kesempatan untuk mengenalmu
M: No need anyway, kau tak pernah bisa kompromi juga
P: Jadi, apa konsekuensinya?
M: Siapapun yang berani menyentuh mereka, akan kuhabisi
P: Aku tak takut
M: Tak perlu takut, tak perlu ditunggu juga...
P: Kau mengancamku
M: Aku akan menghabisimu dan Dewi Duka.

[Hujan turun teramat deras tiba-tiba. Menghanyutkan darah kami, mengalir menuju lekukan curam di ujung bukit.Menyampaikan amarah yang dipaksa lahir dalam kesakitan. Ternyata Batarakala piawai menyamar. FUCK.]

Aku masih punya sayap lebar, tiap malam akan kupeluk kalian, agar tak ada satu tetespun nyeri menyentuh kulitmu lagi.

Dedicated to Mama dan Ade

Posted by Lia @ 12:23 PM

Read or Post a Comment

another true story?
bagus banged nih...

Posted by Blogger unai @ 1:47 PM #
 
<< Home